Limbah ponsel mengandung emas!

Setidaknya, soal beginian belakangan ini menjadi topik hangat pembicaraan di antara teknisi ponsel yang tergabung dalam organisasi teknisi terbesar di Jabar, Ikatan Teknisi Bandung Ponsel /ITB Ponsel.

Daniel Bertoni alias Opik, Koordinator ITB Ponsel, bilang dalam tiga tahun terakhir, terlebih sejak awal tahun ini, begitu banyak orang yang agresif mencari limbah ponsel kepada anggotanya.
Ada yang khusus cari papan sirkuit (biasa disebut PCB), ada yang khusus mencari jeroan ponsel jadul teknologi AMPS dulu, bahkan ada pula yang membawa lengkap seluruh ponsel rusak tanpa melihat mereknya.

”Pokoknya siap ditampung sebanyak apapun. Katanya sih dicari emas di dalam PCB. Tapi tukang service punya stok terbatas, kalaupun ada juga belum tentu mau dijual,” katanya kepada Hape Bandung.

Secara sistem, tukang servis biasanya menyerahkan aneka limbah ponsel tadi kepada pengumpul. Pengumpul ini bisa sesama tukang servis atau juga pebisnis barang loak yang menerima segala jenis barang.

Dari pengumpul, limbah ponsel diserahkan ke grosir/pengumpul besar. Nah, ada dua tipikal grosir yakni yang hanya menampung untuk kemudian dijual, ada pula yang menampung dan selanjutnya mengolah.

Berdasarkan penelusuran Hape Bandung, limbah ponsel yang tergolong paling banyak dicari adalah papan sirkuit/PCB. Bagi yang belum hafal, bentuknya papan warna hijau dengan banyak komponen di atasnya.

Iik Sarwono, salah seorang pengumpul yang juga tukang servis pada konter Ik Cell Jl Sumbawa, Kota Bandung, bilang dirinya berani membayar mahal untuk seluruh limbah ponsel tersebut.

“Kalau barangnya dari ponsel generasi sekarang, saya biasa beli Rp50.000 per kg. Tapi kalau limbahnya dari ponsel lama seperti AMPS, itu bisa sampai Rp100.000 per kg karena lebih berkualitas,” katanya.

Jadi, jika punya ponsel teknologi lama yang ukurannya gede-gede macam Motorola DynaTac 800x, Motorola Elite, Ericsson AH210, Ericsson AH620, dkk, jangan dulu minder. Harganya justru lebih mahal!

Menurut dia, setelah barang tertampung, biasanya diserahkan kepada grosir. Nilainya tentu naik tajam, kisarannya berkisar antara Rp90.000 sampai Rp150.000 per kg. Wah lumayan tah batina, kang…

Iik bilang grosir yang besar dan berani beli dengan harga oke di Bandung ada di dua lokasi. Satu di bilangan Jl Sudirman, satunya lagi di kawasan Tegallega. Keduanya tergolong pemain lama.

Pebisnis lainnya, Edward Sulistio (Eway), menambahkan dirinya juga menampung limbah khusus PCB dengan harga antara Rp1000-Rp1500 per papan. Dia jual kembali dengan harga rata-rata Rp1.750.

Menurut dia, jika terkumpul sekitar 40 papan, itu sama dengan 1 kg. Biasanya, dia memberikan kepada grosir setelah tertampung puluhan kilogram. Grosir pengolah ada pula di Bandung.

Eway bilang, grosir pengolah biasanya akan membakar seluruh limbah PCB itu sampai gosong bahkan menjadi abu. Dari abu tersebut, selanjutnya diproses melalui saringan hingga butirannya lembut.

”Selanjutnya, butiran abu lembut akan dicampur cairan kimia khusus. Saya juga tidak tahu namanya. Setelah melalui proses ini, akan tersaring logam-logam yang terkandung dari sebuah PCB,” katanya.

Prosesnya masih berlanjut, baraya. Logam yang sudah terpisah tadi kemudian dimasukkan ke mesin peralatan khusus yang disatukan dengan berbagai cairan pemisah. Barulah muncul butiran emas dalam bentuk serbuk.

Pria yang membuka usahanya di Jl Cimindi No.195, Kota Cimahi ini bilang, kadar emas dari saringan limbah ponsel ini tidak main-main. Sebab, karatnya bisa 99% jika berasal dari PCB ponsel jadul macam Motorola tadi.

”Kalau ponsel generasi sekarang hasilnya sekitar 90%. Biasanya dijual lagi sekitar Rp300 rebu per gram. Memang sekilas untungnya berkali-kali lipat, tapi kan proses dan ilmunya juga tidak mudah,” katanya.

Pemilik FRE Cell ini bilang, investasi mesin yang rumit juga dibutuhkan pebisnis emas ponsel ini. Juga, perlu faham betul tentang teknik kimiawi dalam memisahkan emas dari komponen ponsel (Baca: Dua teknik emas).

Setelah info ini makin tersebar, lanjut Iik Sarwono, ternyata tukang reparasi mulai jual mahal. Jika sebelumnya bisa dibeli di kisaran Rp50.000, sekarang banyak yang hanya akan melepasnya jika dijual di harga Rp150.000!

”Sekarang tidak mudah dapetinnya, orang-orang udah pada tahu kan. Lagipula, stok di tukang reparasi juga kan tidak banyak. Saya mah nyesel, dulu punya sendiri, malah sering dibuang begitu saja.”

Bang Jasmin, tukang servis senior di Kota Bandung sekaligus pengasuh rubrik Om Bengkel di Hape Bandung, bilang papan sirkuit bekas sangat bisa dimanfaatkan untuk belajar rangkaian elektronik suatu ponsel.

”Dibandingkan baca di buku, lebih mudah belajar dari PCB langsung. Ketahuan kemana saja rangkaiannya, kemana saja arusnya. Makanya, kalau PCB ponsel populer, itu tidak pernah saya jual,” sambungnya.

Semuanya, memang, soal pilihan. Tapi satu pelajaran yang pasti, dengan ilmu pengetahuan, semua akan bermanfaat secara ekonomis dan berdaya guna. Termasuk limbah ponsel di sekitar dulur!