Sabtu, 05 Maret 2011

Awas, Nokia palsu!


Orang Indonesia umumnya, dan masyarakat Sunda khususnya, banyak yang memiliki ponsel pertamanya dengan merek Nokia. Hingga muncul ungkapan khas sebagai ponsel sejuta ummat. Mantap euy.

Julukan ini menandakan betapa populernya ponsel satu ini. Ini memang sejalan dengan fakta di lapangan, bahwa setidaknya dalam sepuluh tahun terakhir, pemimpin pasar ponsel di Indonesia selalu Nokia.

Dan, begitu ada gula, ada semut. Banyak yang ingin menikmati manisnya pasar Nokia meski dengan cara tidak benar. Dulur, mungkin, pernah ditawari ama seseorang yang ingin menjual ponsel Nokia dengan harga super murah?

Tak jarang, faktor harga yang amat murah itu membuat baraya tanpa ba-bi-bu langsung membelinya. Eitsss tunggu dulu! Bisa jadi ponsel yang dijajakan dengan harga murah itu termasuk ponsel Nokia palsu meski rupanya tampak asli (aspal).

Pantauan Hape Bandung menunjukkan, fenomena Nokia palsu itu sudah banyak beredar di pusat penjualan hape di Kota Kembang. Salah satunya adalah di pusat penjualan ponsel terbesar, Bandung Electronic Center (BEC).

Muhammad Rizal, salah satu pedagang di BEC bilang, peredaran ponsel aspal tersebut memang ada sejak lama. Namun, kata dia, jumlahnya sedikit dan hanya ditemui pada merek Nokia tipe tertentu saja.

Ponsel Nokia yang sering dipalsukan, sambung dia, adalah seri atau tipe ponsel yang lagi banyak peminatnya kala itu, terutama dari ponsel pinter (smartphone) seperti Nokia E71, E90, N70, N73, dan N95 8GB.

Dia mencontohkan ponsel Nokia E71 yang biasanya di pasar dijual dengan harga Rp2,2 juta, maka oleh sejumlah oknum penjual dibanderol dengan harga amat murah yakni sekitar Rp400.000 – Rp500.000 per unit.

“Begitu pula dengan tipe Nokia laris lainnya yang dijual dengan harga 4 hingga 5 kali lipat lebih murah dari harga pasaran,” kata pedagang berdarah Padang, Sumatera Barat ini kepada Hape Bandung.

Namun, kata Rizal, kebanyakan distribusi ponsel itu bukan melalui toko, melainkan melalui person to person. Sejumlah oknum penjual itu biasanya menawari para pengunjung BEC yang terlihat kebingungan saat cari mencari ponsel.

Meskipun demikian, dia menampik tokonya menjual produk Nokia aspal itu. “Saya punya semacam tanggung jawab sosial. Menjual produk itu sama saja dengan membohongi konsumen,” ujarnya.

Lain halnya dengan pernyataan salah satu pedagang ponsel di BEC lainnya, Yudi Supriyadi. Menurutnya, antara oknum penjual dengan konsumen biasanya sudah tahu sama tahu dengan praktik penjualan ponsel Nokia aspal itu.

Dia mengungkapkan sebagian konsumen sudah bisa membandingkan antara Nokia yang asli dengan yang palsu. “Memang, mayoritas konsumen yang lain juga belum pada tahu antara Nokia beneran dengan yang aspal,” ucapnya.

Meskipun begitu, ujar dia, konsumen yang sudah tahu peredaran ponsel Nokia abal-abal pun masih tetap ada yang mencari disebabkan daya beli mereka memang terbatas. Jadi, meski sudah tahu palsu, tetap saja dibeli.

“Yang asli kan mahal banget, jadi konsumen mencari yang palsu juga nggak apa-apa, meskipun kualitasnya sangat jauh berbeda dari yang asli,” sambungnya. Lain lagi kisah Imas Nurlaela, seorang warga Sarijadi.

Dia mengaku membeli dua N97 (warna hitam dan putih) di Jeddah, sewaktu menunaikan haji beberapa tahun lalu. Harganya? Luar biasa, dua buah hanya Rp1,5 juta! Padahal, harga resminya minimal Rp2 juta per unit.

Yang menarik, di Arab Saudi, penjual ponsel palsu ini malah membuka gerainya di mall dan pusat perdagangan lainnya. Makanya, semua jamaah haji mudah teryakinkan dan banyak juga yang membeli.

Dia semula sangat senang dengan membeli ponsel tersebut. Bahkan, begitu menjejakkan kaki di tanah air, dia langsung memburu anak dan cucunya guna memberikan dua ponsel yang tergolong premium itu.

“Tapi harga memang takkan bohong. Sekitar dua bulan setelah dipakai, baterainya drop. Sudah diganti, masih rusak juga. Tak lama dari itu mati total, jadi kasihan ke cucu,” ujarnya ke Hape Bandung.

Ternyata, minimnya pengetahuan ini menjadi problem utama munculnya persoalan ini. Selain Imas, warga Bandung lainnya masih banyak yang belum bisa membedakan Nokia yang asli dengan yang palsu.

Euis Kamilah, salah seorang mahasiswi salah satu perguruan tinggi negeri (PTN) di Bandung, menuturkan dirinya tidak tahu mengenai beredarnya ponsel yang menyerupai ponse keluaran Finlandia itu.

Perempuan yang berasal dari Kuningan ini menuturkan dia tak menyangka ada peredaran ponsel Nokia yang palsu itu.“Saya justru baru tahu sekarang bahwa ada ponsel Nokia palsu,” ujarnya saat ditanya mengenai beredarnya ponsel Nokia aspal.

Dia berharap aparat terkait dapat menindak tegas sejumlah oknum karena dapat merugikan konsumen. Sebagian konsumen akan tertipu karena akan mendapatkan produk yang tidak sesuai dengan keinginan. Setuju atuh!


TIPS DAN TRICK MENGENALI NOKIA PALSU

- Bentuk dus biasanya aneh, tidak seperti standar dus Nokia kebanyakan. Bahannya terlihat murah, logo dan tulisan di atas dus kurang meyakinkan, sementara berat bobot dus terasa lebih ringan.

- Berbagai buku manual di dalamnya dibuat asal-asalan, sangat tidak meyakinkan sebagai sebuah buku resmi dari Nokia. Di sampul buku, biasanya tidak ada tulisan resmi Nokia, tapi malah tulisan User Guide Mobile.

- Bahasa di buku manual biasanya hanya Bahasa Inggris saja. Padahal di negara manapun, buku manual dari produk Nokia resmi, akan selalu disertai bahasa setempat sebagai sebuah standar produk internasional.

- Kondisi ponsel gress/baru, tampilan fisik dan logi di bodi ponsel hampir mirip 100%. Akan tetapi, jika ditelusuri lagi, tekstur bodinya terasa sangat licin kala dipegang dengan kepadatan bahan yang tidak begitu rapat.

- Saat dibunyikan pertama, nada pengantar pertama khas Nokia terdengar cempreng. Lantas, saat memutar MP3 player misalnya, performa suara tidak bagus dan terasa pecah jika disetel dalam volume tinggi.

- Tampilan huruf, icon, menu di dalamnya sangat berbeda. Nokia palsu malah sangat mirip dengan menu kebanyakan ponsel China merek lokal yang beredar saat ini di Jawa Barat.

- Layar terasa pias, kurang segar dipandang. Jika dibawa ke ruangan terang, sangat sulit melihat tulisan di layar namun ketika berada di ruagan gelap malah sangat mencorong mata. Pertanda resolusinya tidak seimbang.

- Jika barang yang dijual disebut-sebut memiliki 3G, coba lakukan video call. Produk China (yang identik Nokia palsu ini) tidak bisa digunakan untuk 3G. Kalaupun ada kamera depan, sekedar sensor cahaya kamera.

- Coba lakukan tes memotret. Jika hasilnya buram dan kurang memuaskan, bisa dipastikan tergolong Nokia palsu. Sebab, resolusi tertinggi ponsel China hanyalah VGA (640×480 pixel).

- Barang ini biasanya dijual tidak dengan dipajang. Kebanyakan malah gerilya, kerap ditawarkan sembunyi-sembunyi oleh pedagang perorangan (yang tidak punya konter) ke pembeli perseorangan juga.

- Last but not least, jangan tergiur harga murah! Sudah jadi pengetahuan umum, ada harga ada rupa. Ingat kasus daging antraks, pasti dijual amat murah tapi akan sangat merugikan konsumen belakangan hari!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar